BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Belakangan
ini perkembangangan sastra Indonesia
telah mengalami perubahan, khususnya dalam hal kebebasan berekspresi. Menurut
beberapa para ahli,mengatakan bahwa sastra itu adalah kebebasan itu sendiri.
Jadi tidak ada batasan-batasan yang bisa menahan lajunya perkembangan
kesusasteraan khususnya di Indonesia.Tentunya selama ini kita tidak asing lagi menonton atau mendengar
dongeng atau cerita.
Dongeng atau cerita selalu berkembang dari masa ke
masa. Di samping itu, dongeng atau cerita merupakan salah satu ragam karya
sastra. Namun, ada beberapa dongeng atau cerita dari dulu sampai sekarang tidak
berubah tentang alur ceritanya sehingga dongeng atau cerita tersebut menjadi
bagian dari sejarah. Karena banyaknya dongeng atau cerita yang ada di nusantara
ini dan merupakan bagian dari ragam karya sastra, beberapa para ahli sastra
mengelompokkannya berdasarkan periodisasi sastra. Mengelompokkan ragam karya
sastra Indonesia berarti menggolongkan jenis karya sastra puisi, prosa, drama
berdasarkan karakteristik masing-masing pada setiap kurun waktu tertentu.
Sastra Indonesia mengalami perkembangan
pesat.periode-periode yang telah di lalui dan sastra indonesia menalami
kemajuan pesat.meskipun banyak sastrawan
tidak mau mengatakan amanat karyanya, namun setiap sastrawan pasti
memiliki maksud di dalam
menciptakan karyanya sastrawan selalu berusaha keras kalau perlu
dengan dengan bermatiraga untuk
mengekspresikan keinginan kalbunya yang
luhur.
Ragam karya sastra Indonesia baik prosa, puisi, maupun
drama mengalami perkembangan cukup pesat. Mulai dari sastra Indonesia lama
sampai ke sastra Indonesia modern.Para pengarangnya pun makin lama makin
bertambah banyak. Semakin banyaknya karya dan pengarang yang bermunculan,
semakin pula isi karya tersebut memiliki corak jiwa hasil seni tersendiri,
terutama periode Sastra Indonesia Modern. Karya-karya pada periode Sastra
Indonesia Modern ini banyak yang mendapatkan pengaruh kebudayaan Eropa.Corak
jiwa hasil seni inilah yang dituangkan dalam bentuk aliran.
BAB II
PERMASALAHAN
2.1
Sastra
Indonesia
Sastra Indonesia,
adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah
"Indonesia"
sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi
dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra
Indonesia sendiri dapat
merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia.
Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana
bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat
juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia,
terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang
tinggal di Singapura.
Sedangkan perkembangan pada manusia
ialah perubahan yang bersifatkualitatif.
Sifat perubahan ini tidak dapat diukur,tetapi jelas berlaku jika dibandingkan
dengan peringkat yang lebihawal.(Atan Long,1980)Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan perkembangan dalam pengertian periode atau fase perkembangan.
Sifat perubahan ini tidak dapat diukur,tetapi jelas berlaku jika dibandingkan
dengan peringkat yang lebihawal.(Atan Long,1980)Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan perkembangan dalam pengertian periode atau fase perkembangan.
Klasifikasi
periode perkembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan sebagai
berikut: Periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal anak anak, masa
pertengahan dan akhir anak anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa
pertengahan dewasa dan masa akhir dewasa.Perkiraan rata rata rentang usia
menurut periode berikut ini memberi suatu gagasan umum kapan suatu periode
mulai dan berakhir
Periode prakelahiran (prenatal period) ialah
saat dari pembuahan hingga kelahiran. Periode ini merupakan masa pertumbuhan
yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna
dengan kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan kira kira dalam periode 9
bulan.
Masa bayi (infacy) ialah
periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan.
Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan
psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran
simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.
Masa awal anak anak (early chidhood)
yaitu periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun,
periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak
anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan
keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf),
dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman teman sebaya. Jika
telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal
anak anak.
Masa pertengahan dan akhir anak anak
(middle
and late childhood) ialah periode perkembangan yang
merentang dari usia kira kira enam hingga sebelas tahun, yang kira kira setara
dengan tahun tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun tahun
sekolah dasar. Keterampilan keterampilan fundamental seperti membaca, menulis,
dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang
lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia
anak dan pengendalian diri mulai meningkat.
Masa remaja (adolescence) ialah
suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang
dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun
hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan
pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak,
dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Masa awal dewasa
(early
adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula
pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir
pada usia tugapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi
dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan
pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan
mengasuh anak anak.
Masa pertengahan
dewasa (middle
adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula
pada usia kira kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan
tahun. Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi
dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu yang
berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
Masa akhir dewasa
(late
adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia
enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa
penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali
kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 pembagian sastra
Secara
urutan waktu maka sastra Indonesia
terbagi atas beberapa angkatan:
Pujangga Lama
Pujangga
lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum
abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara,
budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar
negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul
karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah
Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan
Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad
XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah
karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.
Karya Sastra Pujangga Lama
Hikayat
|
|
Syair
- Syair Bidasari
- Syair Ken Tambuhan
- Syair Raja Mambang Jauhari
- Syair Raja Siak
Sastra Melayu Lama
Karya sastra
di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang
dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat,
Tapanuli, Minangkabau dan daerah
Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.
Karya Sastra Melayu Lama
|
|
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan
Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun
1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel,
cerita pendek dan drama) dan puisi
mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia
pada masa ini.
Balai
Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul
dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti
kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai
Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam
jumlah terbatas dalam bahasa Bali,
bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat
disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya
tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para
pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada
angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik
pusatnya.
Pada masa ini, novel Siti
Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya
menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang
membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh
penulis-penulis lainnya pada masa itu.
Penulis dan Karya
Sastra Angkatan Balai Pustaka:
Merari Siregar : Azab dan Sengsara (1920),Binasa kerna
Gadis Priangan (1931)
Marah Roesli: Siti Nurbaya (1922),La Hami (1924),Anak dan Kemenakan (1956)
Muhammad
Yamin :Tanah Air (1922),Indonesia,
Tumpah Darahku (1928)
Ken Arok dan Ken Dedes
(1934)
Nur Sutan Iskandar :Apa Dayaku
karena Aku Seorang Perempuan (1923),Cinta yang
Membawa Maut (1926),Salah Pilih (1928),Karena Mentua (1932)
Tuba Dibalas
dengan Susu (1933),Hulubalang Raja (1934)
Tak Disangka (1923),Sengsara
Membawa Nikmat (1928)
Tak Membalas Guna (1932),Memutuskan Pertalian
(1932)
Djamaluddin
Adinegoro :Darah Muda
(1927),Asmara Jaya (1928)
Abas Soetan Pamoentjak
:Pertemuan (1927)
Abdul Muis
:Salah Asuhan (1928),Pertemuan Djodoh (1933),Aman Datuk
Madjoindo,Menebus Dosa (1932),Si Cebol
Rindukan Bulan (1934),Sampaikan
Salamku Kepadanya (1935)
Pujangga Baru
Pujangga
Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai
Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap
karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra
Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada
masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru
yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra
di Indonesia
setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar
Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus
sastra Indonesia.
Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der
Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
Masa ini
ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
- Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
- Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Penulis dan Karya Sastra Pujangga
Baru
|
|
Angkatan 1945
Pengalaman
hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan
'45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan
Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini
banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya
puisi-puisi Chairil Anwar.
Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat
Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan
angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.
Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan
prosa Indonesia.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
- Chairil Anwar
- Kerikil Tajam (1949)
- Deru Campur Debu (1949)
- Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
- Tiga Menguak Takdir (1950)
- Achdiat K. Mihardja
- Atheis (1949)
- Utuy Tatang Sontani
- Suling (drama) (1948)
- Tambera (1949)
- Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
- Suman Hs.
- Kasih Ta' Terlarai (1961)
- Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
- Pertjobaan Setia (1940)
Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan
terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin.
Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan
kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan
dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan
komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga
Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah
perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di
Indonesia pada awal tahun 1960;
menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis
dan berakhir pada tahun 1965
dengan pecahnya G30S
di Indonesia.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
- Pramoedya Ananta Toer
- Kranji dan Bekasi Jatuh (1947)
- Bukan Pasar Malam (1951)
- Di Tepi Kali Bekasi (1951)
- Keluarga Gerilya (1951)
- Mereka yang Dilumpuhkan (1951)
- Perburuan (1950)
- Cerita dari Blora (1952)
- Gadis Pantai (1965)
- Nh. Dini
- Dua Dunia (1950)
- Hati jang Damai (1960)
- Sitor Situmorang
- Dalam Sadjak (1950)
- Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
- Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
- Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
- Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
- Mochtar Lubis
- Tak Ada Esok (1950)
- Jalan Tak Ada Ujung (1952)
- Tanah Gersang (1964)
- Si Djamal (1964)
- Marius Ramis Dayoh
- Putra Budiman (1951)
- Pahlawan Minahasa (1957)
- Ajip Rosidi
- Tahun-tahun Kematian (1955)
- Ditengah Keluarga (1956)
- Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957)
- Cari Muatan (1959)
- Pertemuan Kembali (1961)
- Ali Akbar Navis
- Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955)
- Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963)
- Hujan Panas (1964)
- Kemarau (1967)
- Ramadhan K.H
- Priangan si Jelita (1956)
- W.S. Rendra
- Balada Orang-orang Tercinta (1957)
- Empat Kumpulan Sajak (1961)
- Ia Sudah Bertualang (1963)
- Subagio Sastrowardojo
- Simphoni (1957)
- Nugroho Notosusanto
- Hujan Kepagian (1958)
- Rasa Sajangé (1961)
- Tiga Kota (1959)
- Trisnojuwono
- Angin Laut (1958)
- Dimedan Perang (1962)
- Laki-laki dan Mesiu (1951)
- Toha Mochtar
- Pulang (1958)
- Gugurnya Komandan Gerilya (1962)
- Daerah Tak Bertuan (1963)
- Bokor Hutasuhut
- Datang Malam (1963)
Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan
ini ditandai dengan terbitnya Horison
(majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3]
Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya
sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan
munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan
absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak
membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada
angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo
Busye, Purnawan Tjondronegoro,
Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko
Damono dan Satyagraha
Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa
satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara,
Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail,
dan banyak lagi yang lainnya.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
- Abdul Hadi WM
- Meditasi (1976)
- Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)
- Tergantung Pada Angin (1977)
- Sapardi Djoko Damono
- Dukamu Abadi (1969)
- Mata Pisau (1974)
- Goenawan Mohamad
- Parikesit (1969)
- Interlude (1971)
- Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972)
- Seks, Sastra, dan Kita (1980)
- Djamil Suherman
- Perjalanan ke Akhirat (1962)
- Manifestasi (1963)
- Titis Basino
- Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963)
- Lesbian (1976)
- Bukan Rumahku (1976)
- Pelabuhan Hati (1978)
- Pelabuhan Hati (1978)
- Leon Agusta
- Monumen Safari (1966)
- Catatan Putih (1975)
- Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978)
- Hukla (1979)
- Iwan Simatupang
- Ziarah (1968)
- Kering (1972)
- Merahnya Merah (1968)
- Keong (1975)
- RT Nol/RW Nol
- Tegak Lurus Dengan Langit
- M.A Salmoen
- Masa Bergolak (1968)
- Parakitri Tahi Simbolon
- Ibu (1969)
- Chairul Harun
- Warisan (1979)
- Kuntowijoyo
- Khotbah di Atas Bukit (1976)
Angkatan 1980 - 1990an
Karya
sastra di Indonesia
pada kurun waktu setelah tahun 1980,
ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang
menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T.
Karya sastra Indonesia
pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa
sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira
Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan
Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi
Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh.
Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada
dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku
Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai.
Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah
kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai
konflik dengan pemikiran timur.
Mira
W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan
fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama
dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai
Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama
selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya
pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun
yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang
beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan
serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop
inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca
karya-karya yang lebih berat.
Ada
nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang
dikomandani Titie Said,
antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
- Ahmadun Yosi Herfanda
- Ladang Hijau (1980)
- Sajak Penari (1990)
- Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
- Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
- Sembahyang Rumputan (1997)
- Arswendo Atmowiloto
- Canting (1986)
- Hilman Hariwijaya
- Lupus - 28 novel (1986-2007)
- Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
- Olga Sepatu Roda (1992)
- Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
- Dorothea Rosa Herliany
- Nyanyian Gaduh (1987)
- Matahari yang Mengalir (1990)
- Kepompong Sunyi (1993)
- Nikah Ilalang (1995)
- Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
- Gustaf Rizal
- Segi Empat Patah Sisi (1990)
- Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
- Ben (1992)
- Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Perkembangan
sastra di Indonesia
sepertinya mengalami problematika tersendiri. Terkadang periode kesusasteraan
sulit sekali ditentukan dimana sebuah periode itu dimulai. Secara teori sejarah
kesusasteraan di Indonesia
ini masih tergolong muda, belum sampai berumur satu abad, sehingga masih banyak
lobang-lobang yang perlu di gali. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu bentuk kajian
yang diharapkan mampu menarik dan menghidupkan sastra di Indonesia.
Sastra Indonesia
pasca-reformasi merupakan contoh kecil dari sejarah kesusasteraan Indonesia yang
masih muda ini. Perlu di ketahui bahwa dengan mempelajari sastra berarti secara
tidak langsung juga kita mempelajari sejarah yang membentuk sastra itu sendiri
Daftar Pustaka
- ^ Ricklefs, M.C. (31 Maret 1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004. London: MacMillan. hlm. 117.
- ^ Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (31 Maret 1991). Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo. hlm. 370.
- ^ Yudiono (31 Maret 2011). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo. hlm. 167.
- http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia#Sejarah
No comments:
Post a Comment