Saturday, October 11, 2014

Menghargai Jasa Pahlawan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun1993 bahwa Pendidikan Nasional harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa pahlawan, serta berorientasi masa depan.

Sebagai anak bangsa kita harus mengakui bahwa yang selama ini terjadi adalah bahwa asumsi mengenai pahlawan tersebut hanya tertuju kepada mereka yang telah berjuang dalam merebut kemerdekaan republik Indonesia saja, karena hanya sebatas itulah ilmu sejarah yang kita peroleh dari guru-guru kita. Dan nama-nama para pejuang itupun masih sebatas pejuang dengan ruang lingkup yang umumnya berasal dari luar daerah Sehingga yang terjadi adalah kita lebih mengenal para pejuang dari luar dari pada para orang-orang yang lebih berjasa banyak terhadap daerah  itu sendiri.
 Memang tidak ada salahnya kita mempelajari sejarah tentang Cut Nyak Dien, Imam Bonjol, Diponegoro, Sultan Hasanuddin, dan lain-lain sebagainya, karena tanpa perjuangan yang mulia dari mereka, kita juga tidak mungkin hidup dalam negeri yang begitu besar ini, dan dengan perjuangan mereka juga, maka Indonesia ini dapat terbentuk.
Bangsa kita sudah cukup lama menjadi bangsa yang terjajah. Lebih dari tiga setengah abad kita menjadi jajahan bangsa kolonialis. Dalam masa penjajahan, para pejuang bahu membahu menghadapi musuh. Mereka berjuang sesuai bidangnya. Ada yang berjuang di bidang politik seperti Ir. Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta, di bidang sosial seperti R.A Kartini dan WR. Supratman, di bidang pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara, K.H Ahmad Dahlan dan ada juga yang berjuang di bidang militer seperti Supriyadi, Sudirman dan sebagainya. Mereka berjuang pantang menyerah sampai titik darah penghabisan.
Para pejuang bangsa kita telah banyak mewariskan hasil perjuangannya. Warisan itu yang masih kita rasakan saat ini berupa lagu kebangsaan Indonesia Raya, lambang negara burung garuda, bendera nasional Merah Putih, Uud 1945 dan sebagainya.Perjuangan mereka perlu kita teladani dan hasil-hasilnya perlu kita jaga dan pelihara sebaik-baiknya supaya tidak bisa diklaim oleh negara lain. Berkat perjuangan mereka, sekarang kita telah merdeka. Namun perjuangan mereka belum selesai. Kita para pemuda harus melanjutkan perjuangan mereka.



BAB II
PERMASALAHAN
2.1 sikap menghargai pahlawan
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankankemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan menimbulkan kondisi dan tuntunan yang berbeda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntunan yang berbedatersebut ditanggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilainilai ini dilandasioleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam wadah Nusantara.
Semangat perjuangan bangsa yang tak kenal menyerah telah terbukti pada Perang Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Semangat perjuangan bangsa tersebut dilandasi oleh keimananserta ketakwaan kepada Tuhan YME dan keikhlasan untuk berkorban Landasan perjuangan tersebut merupakan nilainilai perjuangan bangsa Indonesia.Semangat perjuangan bangsa merupakan kekuatan mental spiritual yang dapat melahirkan sikap dan perilaku heroik dan patriotik serta menumbuhkan kekuatan, kesanggupan dankemauan yang luar biasa. Semangat perjuangan bangsa inilah yang harus dimiliki oleh setiap warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disamping itu ,nilainilai perjuangan bangsamasih relevan dalam memecahkan setiap permasalahan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta sudah terbukti keandalannya.
Nilainilai perjuangan bangsa Indonesia dalam perjuangan fisik merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan telah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semangat perjuangan bangsa telah mengalami penurunan pada titik yang kriris. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh globalisasi.
Semasa revolusi fisik di negeri kita, para pahlawan berjuang mengorbankan jiwa dan raganya demi tegaknya negara Indonesia. Sebagian dari mereka gugur di berbagai medan pertempuran, dan sebagian lagi yang tidak gugur menjadi veteran perang. Para veteran itu ada yang hidupnya berkecukupan, dan tidak sedikit diantaranya yang hidupnya susah dan terlupakan. Saat revolusi fisik berakhir, bermunculan pahlawan-pahlawan lain yang tidak lagi menegakkan negeri ini dengan mengangkat senjata. Pahlawan-pahlawan modern ini tersebar dalam berbagai profesi yang beraneka ragam. Mereka pun berjuang untuk kemajuan bangsa ini sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Jadi, seseorang sekarang dapat menjadi pahlawan dalam profesi apapun. Walau saat ini terjadi sedikit pergeseran makna dari definisi pahlawan di atas pada kata “tanpa mengharap imbalan”. Taruhlah seorang Polisi sebagai sebuah profesi maka ia berhak mendapatkan gaji setiap bulan. Namun seorang Polisi bisa disebut pahlawan karena tugasnya menyelamatkan masyarakat dari gangguan keamanan. Contoh lain, seorang guru sering disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Faktanya seorang guru bekerja bukan tanpa mengharap imbalan, sebagai sebuah profesi guru juga mendapatkan gaji setiap bulannya. Tapi apa yang dilakukan seorang guru berguna bagi kemajuan bangsa ini maka ia disebut pahlawan. Dan sepertinya kita harus sepakat bahwa semua profesi yang baik (misal: petani, pedagang, buruh, pemulung dan lain-lain) akan menjadikan pelakunya menjadi seorang pahlawan.
Lalu pahlawan manakah yang harus kita hargai? Selayaknya kita menghargai jasa semua pahlawan negeri ini tak peduli apapun profesi dan jasanya. Para pejuang yang telah memerdekakan bangsa ini dari penjajah, memberikan modal yang tak ternilai harganya bagi pembangunan bangsa ini yaitu kemerdekaan. Dengan merdeka kita secara leluasa membangun negeri ini menjadi negeri yang mandiri dan bermartabat. Sedangkan para pejuang pembangunan dalam berbagai macam profesinya telah mewarnai derap pembangunan negeri ini. Merekalah yang menjadikan negeri kita mengalami perkembangan pesat seperti saat ini.
Bagaimana cara kita menghargai jasa para pahlawan? Mencintai negeri ini (patriotik) merupakan bentuk dari penghargaan kita kepada para pahlawan. Mencintai negeri ini berarti menjaga negeri ini dari kerusakan baik secara fisik maupun mental. Kerusakan alam yang diakibatkan oleh eksploitasi yang berlebihan dan pencemaran adalah contoh dari kerusakan fisik dari negeri ini. Sedangkan kerusakan mental misalnya penyakit kolusi, korupsi, dan nepotisme yang akhir-akhir ini menggetarkan negeri ini. Semua itu harus kita cegah dan hentikan demi menghargai jasa para pahlawan pendiri negeri ini. Atau kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang kecil tak beradab dan kalimat “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya” hanya akan menjadi sebuah retorika yang tak bermakna
2.2 Penyebab berkurngnya  sikap menghargai pahlawan
karena kurangnya rasa Peduli
Rendahnya pemahaman dan penghargaan generasi muda terhadap pahlawan yang berjuang untuk kepentingan bangsa dan Negara Indonesia,  tidak boleh dibiarkan. Wujud kepedulian terhadap pengenalan dan pemahaman nilai-nilai perjuangan pahlawan, dapat dilakukan melalui cara-cara berbeda. Intinya adalah membentuk pemahaman dan kebanggaan generasi muda Indonesia terhadap jasa perjuangan para pahlawannya.
Sekolah dan perguruan tinggi misalnya, memainkan peran berarti dalam pemberian informasi tentang para pahlawan. Keberhasilannya antara lain ditentukan oleh peran para guru dan dosen, sehingga pelajaran sejarah menjadi pelajaran yang menarik dan mampu menanamkan semangat heroik kepada siswa dan mahasiswa. Ini berarti buku-buku sejarah yang berisi deskripsi perjuangan para pahlawan mesti dikemas secara menarik, benar,  dan padat informasi.  Semuanya dimaksudkan agar memiliki nilai komersial, sehingga ada penerbit yang bersedia menerbitkan dalam bentuk beragam barang cetakan.
Cara  lain dilakukan dengan menimbulkan hasrat para produser untuk mengemasnya menjadi skrip bagi sebuah film layar lebar. Semua upaya ini dimaksudkan agar substansi pelajaran sejarah yang mengungkap perjuangan pahlawan tidak kalah pamornya dengan perjuangan “pahlawan”  versi animasi digital. Apalagi sampai ada kesalahan dalam edit naskahnya. Pasalnya, naskah pelajaran sejarah acapkali dilakukan koreksi karena naskah yang disusun dan kemudian naik cetak terdapat kesalahan.  Koreksi atas sejarah yang sudah beredar dan dibaca banyak khalayak tentu saja meresahkan masyarakat. Koreksi itu antara lain terjadi karena akurasi informasinya berbeda dengan kejadian sebenarnya.

Sayang, koreksi ini terpaksa dilakukan karena sejumlah orang merasa informasinya  justru dapat menyesatkan para pembacanya. Akurasi informasi justru dapat dipertanggung jawabkan jika sejarah perjuangan pahlawan digarap secara cermat agar memenuhi kriteria film layar lebar. Pasalnya  sebelum menjadi naskah film, didahului dengan riset mendalam kepada banyak pihak yang terlibat langsung atau kepada para pakar yang mendalami peristiwa sejarah.   

Kini saat rakyat Indonesia memperingati tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan, semangat heroik membela dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) patut terus dipelihara. Pasalnya, upaya melemahkan kedaulatan Indonesia tidak hanya berlangsung di dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri.

Upaya melemahkan  generasi muda antara lain telah dilakukan oleh sindikat narkoba yang menjadikan generasi muda Indonesia sebagai pasar potensial. Saat satu generasi muda mempertahankan Indonesia semakin lemah dan “lumpuh”. Apalagi jika upaya ini diikuti dengan doktrin ideologis yang dapat membentuk disharmonisasi di antara masyarakat Indonesia. Jadi, sebelum disharmonisasi terjadi di antara elemen masyarakat Indonesia, sepatutnya semangat heroik  terus kita  digalakkan agar dapat  menjaga bumi nusantara dari berbagai gangguan fisik dan ideologis.
Media massa
Peran audio visual dalam menggambarkan perjuangan para pahlawan, menjadi semakin penting di tengah derasnya pemanfaatan teknologi audio visual seperti film dan animasi digital. Promosi gencar tentang “pahlawan”.dalam animasi digital seakan membalut perjuangan para pahlawan yang membela negaranya. Lihat misalnya pada beberapa film Rambo  yang heroik  sehingga mampu mengalahkan musuhnya.

Rambo digambarkan sebagai sosok yang memiliki keterampilan berperang dengan menggunakan senjata, mahir dalam membuat jebakan, dan memiliki fisik yang kuat sehingga mampu mengalahkan musuhnya. Sosok seperti ini mengakibatkan terbentuknya  persepsi tentang pahlawan masa kini.  Ironisnya, persepsi seperti justru dilakukan oleh pahlawan dari negara lain, bukan pahlawan Indonesia. Boleh jadi penyebabnya karena terbatasnya informasi yang diperoleh generasi muda Indonesia. Oleh karena itu, kita tidak perlu kecewa bila generasi muda Indonesia kurang menghargai para pahlawannya.




BAB III
PEMBAHASAN



3.1 Menghargai Pahlawan
 adalah kewajiban bagi kita disamping itu juga akan berpengaruh terhadap perlakuan orang lain terhadap kita, maka sebaiknya apa yang dianggap baik dan berharga oleh orang lain sebaiknya kita ikuti. Yang dianggap baik secara umum biasanya sebuah nilai-nilai yang diagungkan di masyarakat, apa yang dianggap sebaiknya kamu lakukan dengan baik
Sebelum kita dapat menghargai jasa seorang pahlawan, sebaiknya kita tahu siapa sebenarnya pahlawan itu. Seorang pahlawan adalah seseorang yang rela mengorbankan apa yang ia miliki untuk kebaikan atau keselamatan orang lain tanpa mengharap imbalan. Kalau kita mengacu pada definisi tersebut siapa saja bisa menjadi pahlawan tak terbatas oleh ruang dan waktu. Pahlawan selalu muncul kapan saja dan dimana saja dalam sejarah peradaban manusia. Keberadaan pahlawan itulah yang bisa menjamin kesejahteraan hidup umat manusia.
Lalu pahlawan manakah yang harus kita hargai? Selayaknya kita menghargai jasa semua pahlawan negeri ini tak peduli apapun profesi dan jasanya. Para pejuang yang telah memerdekakan bangsa ini dari penjajah, memberikan modal yang tak ternilai harganya bagi pembangunan bangsa ini yaitu kemerdekaan. Dengan merdeka kita secara leluasa membangun negeri ini menjadi negeri yang mandiri dan bermartabat. Sedangkan para pejuang pembangunan dalam berbagai macam profesinya telah mewarnai derap pembangunan negeri ini. Merekalah yang menjadikan negeri kita mengalami perkembangan pesat seperti saat ini.
3.2 Daftar Pahlawan Indonesia
Gelar Pahlawan Nasional Indonesia diberikan kepada mereka yang berjasa kepada Negara Republik Indonesia dan mereka yang berjuang dalam proses untuk kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
Berikut daftar pahlawan Indonesia dan Tanggal Anugerah   :
A
No
Nama
Tanggal Anugerah
Keterangan
1

Kiai Haji Abdul Halim
Keppres No. 041/TK/2008[5]
2

Jendral Besar Abdul Harris Nasution
Keppres No. 073/TK/2002[2]
3
Keppres No. 114/TK/1999[2]
4
Keppres No. 218 Tahun 1959[2]
5

Marsekal Muda Abdulrachman Saleh
Keppres No. 071/TK/1974[2]
6
Kiai Haji Achmad Rifai
Keppres No. 089/TK/2004[2]
7

Prof. Mr. Achmad Subardjo
Keppres No. 058/TK/2009[6]
8
Keppres No. 107/TK/1998[2]
9

Mayor Jenderal Adenan Kapau Gani
Keppres No. 066/TK/2007[7]
10

Marsekal Muda Agustinus Adisucipto
Keppres No. 071/TK/1974[2]
11
Keppres No. 045/TK/1970[2]
12
Keppres No. 106/TK/1975[2]
13
Keppres No. 657 Tahun 1961[2]
14

Kiai Haji Ahmad Dahlan
Keppres No. 657 Tahun 1961[2]
15

Jenderal Ahmad Yani
Keppres No. 111/KOTI/1965[2]
16
Keppres No. 152 Tahun 1963[2]
17

Raja Ali Haji
Keppres No. 089/TK/2004[2]
18
Keppres No. 163 Tahun 1964[8]
19

Tengku Amir Hamzah
Keppres No. 106/TK/1975[2]
20
Keppres No. 082/TK/2005[2]
21
Keppres No. 073/TK/2002[2]
22
Keppres No. 089/TK/2004[2]
23
Keppres No. 85/TK/2006[9]
24
Pangeran Antasari
Keppres No. 006/TK/1968[2]
25
Keppres No. 12/TK/1969[2]
26
Raden Mas Tumenggung Ario Suryo
Keppres No. 294 Tahun 1964[2]

B

No
Nama
Tanggal Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 082/TK/2005[2]
2
Jenderal Basuki Rahmat
Keppres No. 001/TK/1969[2]
3
Keppres No. 041/TK/2008[5]

C

No
Nama
Tanggal Anugerah
Keterangan
1
Teungku Cik di Tiro
Keppres No. 087/TK/1973[2]
2
Keppres No. 108/TK/1998[2]
3
Keppres No. 109 Tahun 1964[2]
4
Keppres No. 106 Tahun 1964[10]
5
Keppres No. 106 Tahun 1964[2]

D

No
Nama
Tahun Gelar Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 252 Tahun 1966[2]
2
Pangeran Diponegoro
Keppres No. 087/TK/1973[2]
3
Keppres No. 590 Tahun 1961[2]

F

No
Nama
Tahun Gelar Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 163 Tahun 1964[2]
2
Keppres No. 118/TK/2000[2]
3
Keppres No. 361 Tahun 1962[2]
4
Raja Haji Fisabilillah
Keppres No. 072/TK/1997[2]
5
Keppres No. 077/TK/1993[2]

G

No
Nama
Tahun Gelar Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 089/TK/2004[2]
2
Jenderal Gatot Subroto
Keppres No. 222 Tahun 1962[2]

H

No
Nama
Tanggal Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 063/TK/1975[2]
2
Sri Sultan Hamengkubuwana I
Keppres No. 085/TK/2006[9]
3
Sri Sultan Hamengkubuwana IX
Keppres No. 053/TK/1990[2]
4
Kopral Harun Thohir
Keppres No. 050/TK/1968[2]
5
Letnan Jenderal Haryono
Keppres No. 111/KOTI/1965[2]
6
Brigadir Jenderal Hasan Basry
Keppres No. 110/TK/2001[2]
7
Sultan Hasanuddin
Keppres No. 087/TK/1973[2]
8
Kyai Haji Mohammad Hasyim Asyari
Keppres No. 294 Tahun 1964[2]
9
Prof. Dr. Hazairin
Keppres No. 074/TK/1999[2]
10
Prof. Dr. Ir. Herman Johannes
Keppres No. 058/TK/2009[6]

I

No
Nama
Tanggal Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 66/TK/2007[7]
2
Keppres No. 077/TK/1993[2]
3
Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai
Keppres No. 063/TK/1975[2]
4
Keppres No. 074/TK/1999[2]
5
Keppres No. 087/TK/1973[2]
6
Keppres No. 077/TK/1993[2]
7
Keppres No. 089/TK/2004[2]
8
Marsekal Madya Iswahyudi
Keppres No. 063/TK/1975[2]
9
Keppres No. 073/TK/2002[2]
10
Keppres No. 085/TK/2006[9]

J

No
Nama
Tanggal Anugerah
Keterangan
1
Laksamana Muda TNI (Purn.) Jahja Daniel Dharma
Keppres No. 058/TK/2009[6]
2
Gusti Pangeran Harya Jatikusumo
Keppres No. 073/TK/2002[2]
3
Keppres No. 052/TK/2010[1]
4
Keppres No. 052/TK/2010[1]
5
Keppres No. 244 Tahun 1963[2]

K

No
Nama
Tahun Gelar Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 114/KOTI/1965[2]
2
Raden Ajeng Kartini
Keppres No. 108 Tahun 1964
3
Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo
Keppres No. 118/KOTI/1965[2]
4
Keppres No. 305 Tahun 1959[2]
5
Kiras Bangun (Garamata)
Keppres No. 082/TK/2005[2]
6
Dr. Kusumah Atmaja S.H.
Keppres No. 124 Tahun 1965[2]

L

No
Nama
Tahun Gelar Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 109/TK/1998[2]

M

No
Nama
Tanggal Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 063/TK/1984[2]
2
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara I
Keppres No. 048/TK/1988[
3
Keppres No. 12/TK/1969[2]
4
Laksamana Laut Martadinata
Keppres No. 220 Tahun 1966[2]
5
Keppres No. 12/TK/1969[11]
6
Keppres No. 077/TK/1993[2]
7
Kiai Haji Mas Mansur
Keppres No. 163 tahun 1964[2]
8
Keppres No. 089/TK/TH 2004[2]
9
Mayor Jenderal TNI Prof. Dr. Moestopo
Keppres No. 66/TK/2007[7]
10
Keppres No. 190 Tahun 1964[2]
11
Keppres No. 081/TK/1986[2]
12
Keppres No. 175 Tahun 1960[2]
13
Prof. Mohammad Yamin S.H.
Keppres No. 88/TK/1973[2]
14
Keppres No. 85/TK/2006[9]
15
Keppres No. 41/TK/2008[5]

N

No
Nama
Tanggal Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 085/TK/TH 2003[2]
2
Kiayi Haji Noer Alie
Keppres No. 85/TK/2006[9]
3
Keppres No. 071/TK/1995[2]
4
Keppres No. 042/TK/1971[2]
5
Keppres No. 084/TK/1974[2]

O

No
Nama
Tanggal Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 590 Tahun 1961[2]
2
Keppres No. 85/TK/2006[9]
3
Keppres No. 88/TK/1973[12]

P

No
Nama
Tanggal Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 85/TK/2006[9]
2
Sri Susuhunan Pakubuwana VI
Keppres No. 294 Tahun 1964[2]
3
Mayor Jenderal Pandjaitan
Keppres No. 111/KOTI/1965[2]
4
Kapitan Pattimura
Keppres No. 87/TK/1973[2]
5
Keppres No. 111/KOTI/1965[2]
6
Keppres No. 073/TK/2002[2]

R

No
Nama
Tahun Gelar Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 081/TK/1986[2]
2
Keppres No. 109/TK/2001[2]
3
Hajjah Rangkayo Rasuna Said
Keppres No. 084/TK/1974[2]
4
Tengku Rizal Nurdin
Keppres No. 083/TK/2005[4]
5
Keppres No. 88/TK/1973[2]

S

No
Nama
Tahun Gelar Anugerah
Keterangan
1
Dr. Saharjo S.H.
Keppres No. 245 Tahun 1963[2]
2
Keppres No. 590 Tahun 1961[2]
3
Kiai Haji Samanhudi
Keppres No. 590 Tahun 1961[2]
4
Keppres No. 66/TK/2007[7]
5
Keppres No. 077/TK/1993[2]
6
Keppres No. 590 Tahun 1961[2]
7
Letnan Jenderal Siswondo Parman
Keppres No. 111/KOTI/1965[2]
8
Keppres No. 060/TK/1996[2]
9
Keppres No. 081/TK/1986[2]
10
Jenderal Soedirman
Keppres No. 314 Tahun 1964[2]
11
Kolonel Sugiono
Keppres No. 118/Koti/1965[2]
12
Prof. Dr. Suharso
Keppres No. 88/TK/1973[2]
13
Keppres No. 342 Tahun 1962[2]
14
Keppres No. 39/TK/1970[2]
15
Prof. Dr. Soepomo
Keppres No. 123 Tahun 1965[2]
16
Letnan Jenderal Suprapto
Keppres No. 111/KOTI/1965[2]
17
Keppres No. 063/TK/1975[2]
18
Keppres No. 081/TK/1986[2]
19
Raden Mas Soerjopranoto
Keppres No. 310 Tahun 1959[2]
20
Keppres No. 76 Tahun 1966 [2]
21
dr. Sutomo
Keppres No. 657 Tahun 1961[2]
22
Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
Keppres No. 111/KOTI/1965[2]
23
Keppres No. 109/TK/1998[2]
24
Keppres No. 071/TK/1995[2]

T

No
Nama
Tanggal Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 53 tahun 1963[13]
2
Tuanku Tambusai
Keppres No. 071/TK/1995[2]
3
Keppres No. 85/TK/2006[9]
4
Keppres No. 071/TK/1974[3]
5
Keppres No. 87/TK/1973[2]
6
Keppres No. 079/TK/1977[2]
7
Keppres No. 85/TK/2006[9]

U

No
Nama
Tahun Gelar Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 106/TK/1975[2]
2
Letnan Jenderal Urip Sumoharjo
Keppres No. 314 Tahun 1964[2]
3
Keppres No. 050/TK/1968[2]

W

No
Nama
Tahun Gelar Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 016/TK/1971[2]
2
Keppres No. 206 Tahun 1964[2]
3
Keppres No. 88/TK/1973[2]
4
Keppres No. 06/TK/1968[2]

Y

No
Nama
Tahun Gelar Anugerah
Keterangan
1
Keppres No. 88/TK/1973[2]

Z

No
Nama
Tahun Gelar Anugerah
Keterangan
1
Kiai Haji Zainal Mustafa
Keppres No. 064/TK/1972[2]
2
Kiai Haji Zainul Arifin
Keppres No. 35 Tahun 1963[2]
Pahlawan dan jasa-jasanya
Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 adalah Presiden pertama Indonesia dan juga salah satu pahlawan nasional Indonesia yang membantu negara itu memenangkan kemerdekaannya dari tangan Belanda.  Sukarno di kantor 1945-1967, memimpin dengan keberhasilan campuran selama transisi bergolak negara untuk kemerdekaan. Orang Indonesia mengingatnya sebagai 'Bung Karno', sebuah gelar sayang digunakan untuk alamat rekan.
 Abdul Muis lahir pada 3 Juli 1883 adalah jurnalis Indonesia, penulis dan nasionalis. Berjuang tak kenal lelah untuk kemerdekaan Indonesia dari Belanda ia adalah seorang majikan layanan sipil.  Setelah itu ia beralih jurnalisme dan menjadi sangat terkenal karena artikelnya aduk, yang sangat kritis keterlibatan Belanda di Indonesia.. Muis bahkan menerbitkan sebuah buku, 'Salah Asuhan' (Salah Asuhan) pada tahun 1928. Seorang pejuang kemerdekaan penting dalam sejarah Indonesia, hari ini banyak kota di Indonesia jalan bernama setelah dia.
 Eduard Douwes Dekker lahir di Amsterdam pada tanggal 2 Maret 1820, ia adalah seorang penulis Belanda yang terkenal untuk novel satir-nya. Lebih dikenal dengan nama pena "Multatuli", ia menandai penyalahgunaan kolonialisme di koloni kemudian Hindia Belanda, hari ini Indonesia. Multatuli juga seorang jurnalis terkenal dan aktivis.  Dia adalah salah satu warga sangat sedikit dari kekuasaan kolonial mantan yang membayar hormat menjadi seorang pahlawan nasional.
HM Soeharto lahir pada 8 Juni 1921 adalah seorang politik mantan pemimpin Indonesia dan seorang perwira militer dalam Revolusi Nasional Indonesia.Dia lebih dikenal dan diingat sebagai Presiden kedua panjang-yang berkuasa di Indonesia, memegang kantor dari 1967 hingga 1998. Soeharto menciptakan pemerintah pusat yang kuat sepanjang garis militeris dan dia memiliki kemampuan untuk menjaga stabilitas dan anti-Komunis berdiri terus terang memenangi dukungan ekonomi dan diplomatik pemerintah beberapa Barat di era Perang Dingin.Selama tiga dekade ia adalah salah seorang pahlawan yang populer di Indonesia dan nya 'Orde Baru' memenangi banyak pujian.
 Wilhelmus Zakaria Johannes lahir pada 1895 di Belanda adalah seorang dokter Indonesia di bidang Radiologi. Dia adalah dokter pertama di Indonesia untuk belajar radiologi di Belanda dan kemudian memberikan kontribusi bagi pengembangan penelitian medis di Indonesia.Seorang ahli dalam teknologi Rontgen, pemerintah Johannes Indonesia dihormati sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia dan yang terakhir bernama rumah sakit umum di Kupang, Nusa Tenggara Timur setelah dia.
 Tempat-tempat penghargaan para pahlawan
Taman Makam Pahlawan atau sering disingkat TMP adalah lokasi pemakaman yang dikhususkan bagi mereka yang telah berjasa kepada negara kesatuan Republik Indonesia, termasuk para pahlawan nasional, anggota militer, dan pejabat tinggi negara.
Beberapa kota di Indonesia memiliki Taman Makam Pahlawan sendiri-sendiri:





BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Untuk memberi apresiasi bagi putra-putri terbaik Indonesia yang secara heroik, inpiratif dan dengan cara masing-masing telah memberi sumbangsih yang membekas bagi bangsa Indonesia maka tanggal  10 November menjadi peringatan Hari Pahlawan Nasional Republik Indonesia danpemerintah juga membangun tugu atau tempat-tempat untuk m,enghargai para pahlawan, Cara menghargai pahlawan adalah dengan meneruskan perjuangan mereka sesuai bidang masing-masing dengan tanpa pamrih. Bekerja, niatnya harus lurus yaitu untuk ibadah, mengabdi kepada negara dan mencari nafkah sebagai urutannya.Jadi bekerja jangan hanya semata-mata untuk mencari nafkah, tapi ada unsur ibadah dan pengabdian kepada negara.






Daftar Pustaka

http://pramukaxp2.wordpress.com/2009/11/10/bagaimana-kita-menghargai-jasa-pahlawan-kita/

No comments:

Post a Comment

Panduan menggunakan Appsheet untuk orang awam

  Penulis:  Bard (large language model from Google AI), 3 Juni 2024 AppSheet adalah platform pengembangan aplikasi tanpa kode (no-code) yang...